Trenggalek, suryamataraman.net
TRENGGALEK – Kabupaten Trenggalek yang terletak diujung selatan pesisir pulau jawa, selain terkenal dengan keindahan alamnya dan seni budayanya. Trenggalek juga mempunyai binatang atau fauna khas yang telah diakui secara nasional yaitu sapi galekan. Kata Kepala Bidang Bina Produksi dan Usaha Peternakan Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek, Yoyon Hariyanto, Jumat (10/2/2023)
Sapi galekan ini telah ditetapkan sebagai rumpun tersendiri oleh Kementerian Pertanian RI pada tahun 2020 melalui Kepmentan RI No. 617/KPTS/PK.020/M/9/2020 tentang Penetapan Rumpun Sapi Galekan.
Kepmentan tersebut, dijelaskan sapi galekan merupakan sapi lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis Kabupaten Trenggalek. Terutama di pesisir pantai selatan dan pegunungan.
Ciri tersendiri sapi galekan tersebut mempunyai kemampuan adaptasi yang bagus, terutama di Kabupaten Trenggalek, karena sudah dibudidayakan secara turun temurun oleh para petani ternak di Kabupaten Trenggalek.
Adapun sapi galekan identik berwarna merah dengan garis hitam di sepanjang punggung. Sayangnya, sapi galekan kini terancam punah.
Saat ini, hanya tersisa 33 ekor sapi galekan yang dipelihara oleh Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek.
“Namun masyarakat trenggalek, sudah jarang yang memilihara. Terbukti saat kami keliling dari kandang ke kandang tidak ditemukan,” jelasnya.
Lebih lanjut, menurut Yoyon, populasi sapi galekan memang turun drastis. Untuk itu, Disnak mulai berupaya secara intensif untuk membudidayakan mulai pada tahun 2014.
Dinas Peternakan membeli sapi-sapi galekan yang dimiliki warga untuk dipelihara di UPTD Pusat Pengembangan Ternak dan UPTD Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan.
“Tujuannya untuk menyelamatkan plasma nutfahnya, jangan sampai punah. Awalnya dulu hanya ada 5-6 ekor, sekarang 33 ekor” lanjutnya.
Yoyon mengatakan, menurunnya populasi sapi galekan akibat enggannya masyarakat untuk memeliharanya, karena posturnya lebih kecil dibandingkan sapi jenis lainnya, misalnya sapi simetal atau sapi limousin.
“Secara nilai ekonomi mungkin harganya lebih rendah juga, sehingga banyak masyarakat yang beralih ke sapi lain,” jelas Yoyon.
Sedangkan untuk harga sendiri, menurutnya sama saja antara daging sapi galekan dengan sapi lainnya.
“Tapi karena makanannya jerami, rumput yang alami dan banyak ditemukan di Trenggalek, mungkin kualitas dagingnya lebih bagus,” tutup Yoyon.